Jumat, 15 Desember 2017

CONTEXSTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PBI

Dosen Pengampu:
M. Bayu Firmansyah, M.Pd


Disusun oleh:
Devya Erfitri Rahmadhani (16188201034)





STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan
Tahun Akademik 2017/2018



KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Makalah yang berjudul “ Contexstual Teaching And Learning Dalam PBI” ini saya buat dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak M. Bayu Firmansyah, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah ini selaku pembimbing saya, teman-teman yang telah memberi saya inspirasi, dan semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
            Saya sadar makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca supaya kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi.
            Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk saya khususnya dan bagi para pembaca umumnya.




Pasuruan, 12 Desember 2017


Penulis






DAFTAR ISI


Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................     ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3  Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Aneka Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia…….......3
2.2  CTL Membangun Pemikir Kritis dan Kreatif……………………….3
2.3  CTL Membangun Semangat Pembelajar………….………..…….…5
2.4  Model CTL Bahasa Indonesia………… ………………………...…7
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan .................................................................................................10
3.2  Saran ...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................11








BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
            Contextual teaching and learning (CTL) atau belajar dan mengajar berdasarkan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan diri pembelajar. Pembelajaran secara kontekstual tidak sekadar agar pembelajar memahami konsep-konsep teoritis, tetapi menjadikan pembelajar (a) mampu menerima tanggung jawab atas keputusan perilaku sendiri, (b) mampu menilai berbagai alternatif yang mungkin, (c) mampu membuat pilihan, (d) mampu mengembangkan rencana, (e) mampu menganalisis informasi, (f) mampu menciptakan solusi, dan (g) mampu menilai bukti-bukti secara kritis. Dengan berbagai kemampuan tersebut CTL ingin membangun pikiran pembelajar sesuai dengan perkembangannya dan menempatkan diri pembelajar sebagai bagian tak terpisahkan dari situasi yang dialami dalam lingkungan sosialnya.
            Agar berbagai daya yang dimilik oleh pembelajar dapat ditumbuh-kembangkan secara opyomal, pembelajaran dengan pendekatan CTL harus mampu memanfaatkan berbagai metode yan variatif, media yang sealamiah mungkin, pengembangan materi yang berbasis masalah, interaksi yang bersifat personal, dan evaluasi yang mencerminkan autentisitas. Semua ini dimaksudkan agar pembelajaran melalui pendekatan CTL mampu menghasilkan pemikir-pemikir kritis dan kreatif. Oleh karena itu, melalui makalah ini penulis akan membicarakan mengenai CTL secara lebih jelas.
1.2         Rumusan Masalah
1)     Apa saja aneka pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
2)     Bagaimana CTL membangun pemikir kritis dan kreatif?
3)     Bagaimana CTL membangun semangat pembelajar?
4)     Bagaimana model CTL Bahasa Indonesia?
1.3         Tujuan
1)     Mendeskripsikan aneka pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
2)     Mendeskripsikan CTL membangun pemikir kritis dan kreatif.
3)     Mendeskripsikan CTL membangun semangat pembelajar.
4)     Mendeskripsikan model CTL Bahasa Indonesia.




























BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Aneka Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
            Pembelajaran bahasa Indonesia dewasa ini memperkenalkan berbagai pendekatan, yaitu (a) pendekatan komunikatif, (b) pendekatan konstruktivisme, dan sekarang diperkenalkan pendekatan lain, yaiatu (c) pendekatan CTL.
            Pendekatan komunikatif diperkenalkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sejak kurikulum 1994 muncul. Pendekatan ini digunakan untuk mengajarkan bahasa Indonesia kepada pembelajar. Konsep pendekatannya adalah bahwa bahasa diasumsikan sebagai alat komunikasi. Jadi, jika ingin mengajarkan bahasa Indonesia kepada pembelajar hendaknya mengajarkan bagaimana bahasa Indonesia digunakan untuk berkomunikasi secara nyata. Dengan kata lain, yang harus diajarkan kepada pembelajar adalah menggunakan dan memahami fungsi-fungsi komunikatif dalam berbahasa Indonesia.
            Pendekatan konstruktivisme mulai muncul secara eksplisit dalam kurikulum 2004. Pendekatan konstruktivisme berasumsi bahwa setiap pembelajar mampu belajar dengan mengkonstruksi rumusan kebenaran berdasarkan perkembangan pikirannya. Kebenaran yang dikemukakan oleh pengajar bukan satu-satunya rumusan kebenaran. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa kebenaran yang dikemukakan pengajar justru tidak dapat dicerna oleh pembelajar karena rumusan kebenaran yang dikemukakan oleh pengajar jauh berbeda dengan perkembangan pikiran pembelajar. Pendekatan konstruktivisme digunakan untuk melihat tahap perkembangan pikiran pembelajar.
            Pendekatan CTL berasumsi bahwa konteks belajar menjadi sangat penting dalam belajar pembelajar, termasuk konteks belajar bahasa. CTL lebih memberikan warna pada pentingnya menciptakan atmosfer belajar bagi pembelajar sehingga ketika pembelajar belajara tidak merasa asing dengan sesuatu yang sedang dipelajari. Materi yang dipelajari menjadi sangat mudah karena dikemas dengan konteks dan situasi yang ada di lingkungan pembelajar.
2.2     CTL Membangun Pemikir Kritis Dan Kreatif
            Pembelajar berdasarkan pendekatan kontekstual ingin membangun pemikir-pemiki kritis. Pemikir kritis adalah pemikir yang mampu berpikir secara sistematis untuk menemukan kebenaran dengan mengevaluasi bukti-bukti, asumsi, logika, dan bahasa oang lain yang mendasari pernyataan orang lain tersebut. Seorang pemikir kritis memiliki ciri penanda sebagai berikut.
1.      Mampu mengidentifikasi masalah
Pemikir kritis akan mampu melihat fenomena yang memiliki kemungkinan untuk menjadi masalah dan fenomena yang benar-benar tetap sebagai gejala.
2.      Mampu menentukan sudut pandang
Dari sekian banyak sudut pandang, hanya ada satu sudut pandang yang memberikan peluang untuk dapat dipakai sebagai titik pijak melihat alternatif pemecahan pada saat itu yang sesuai dengan konteks dan situasinya.
3.      Mampu mengajukan alasan
Seorang pemikir kritis memiliki kemampuan melihat banyak pilihan dan dapat memilihi salah satu saja. Kemampuan melihat satu alternatif pemecahan masalah disertai dengan berbagai risiko jika alternatif lain yang harus dipilih.
4.      Mampu mengemukakan asumsi-asumsi
Seorang pemikir kritis biasanya berpikir mengenai sesuatu yang sebelumnya belum dilakukan oleh orang lain.
5.      Mampu menggunakan bahasa dengan jelas
Seorang pemikir kritis mampu menggunakan bahasa secara efektif. Bahasa efektif yaitu bahasa yang kalimat-kalimatnua mampu mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan penulis dan sanggup menarik perhatian pembaca terhadap pokok masalah yang dibicarakan.
6.      Mampu mengemukakan bukti-bukti sebagai pendukung yang meyakinkan
Setiap oemikiran memerlukan bukti pendukung. Bukti pendukung dapat berupa data, contoh-contoh, ilustrasi yang dapat meyakinkan orang lain bahwa pemikiran yang dikemukakan memeang benar.
7.      Mampu menarik kesimpulan
Kesimpulan merupakan bagian akhir dari pemikiran yang bermaksud untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa seseorang telah sampai pada titik tertentu dalam membahas suatu pokok masalah.
8.      Mampu melihat implikasi dari kesimpulan yang sudah diambil
Seorang pemikir kritis tidak hanya melihat hasil pemikirannya dengan sesuatu yang secara langsung berkaitan dengan masalah yang dibicarakan, tetapi melihat lebih jauh ke depan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada masalah lain.
CTL juga membangun pemikir kreatif. Pemikir kreatif adalah pemikir yang mampu mempraktikkan asosiasi dan imajinasi secara bebas dalam menemukan cara baru untuk memecahkan masalah. Ciri penanda pemikir kreatif yaitu harus mampu melakukan aktivitas mental, seperti (1) selalu mengajukan pertanyaan (mempertanyakan sesuatu yang sudah mapan), (2) mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka, (3) membangun keterkaitan (khususnya di antara hal-hal yang berbeda), (4) menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas, (5) menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru yang berbeda, dan (6) mau mendengarkan intuisinya.
2.3     CTL Membangun Semangat Pembelajar
  CTL ingin membangun pembelajaran yang muatan akademiknya berkaitan dengan konteks kehidupan pembelajar sehari-hari. Konteks kehidupan sehari-hari menjadi sangat penting karena mampu merangsang sel-sel sarat otak untuk membentuk jalan menuju ke pemahaman akademis yang lebih bermakna mengenai suatu konsep berpikir tertentu.
Hal ini menjadi penting karena CTL mampu memberikan jawaban atas kegagalan pembelajaran secara tradisional yang penuh dengan ceramah dan hafalan. Jika pembelajaran secara tradisional telah membuat mayoritas anak gagal mencapai keberhasilan dengan standar tinggi, CTL justru mampu membawa keberhasilan terhadap mayoritas pembelajar yang gagal dalam pembelajaran secara tradisional.
Ada beberapa hal yang perlu dikembangkan agar CTL mampu mencapai keberhasilan belajar dengan standar tinggi, yaitu:
1.      Prinsip saling ketergantungan
Pembelajaran di sekolah berlaku hukum saling ketergantungan dalam arti bahwa seorang pembelajar akan menjadi semakin maju dalam belajar apabila ada pajanan (exposure) dari pembelajar lain. Setiap pembelajar sebanrnya bergantian saling mengisi pembelajar lain sehingga secara alamiah mereka akan terus tumbuh dan berkembang bersama-sama.
2.      Prinsip pembelajaran mandiri dan kerja sama
CTL berpandangan bahwa sifat mandiri dan kerja sama yang alami justru akan membawa pembelajar pada tumbuhnya rasa percaya diri dan kesadaran bahwa keberhasilan merupakan kesuksesan bersama. Sifat kemandirian adalah potensi besar untuk menggali minat-minat baru, semangat baru, motivasi baru untuk menyesuaikan dengan lingkungan hidup mereka.
3.      Prinsip kebermaknaan dalam belajar
Pendekatan CTL menanamkan pemahaman kepada pembelajar bahwa belajar bukan sekadar memahami informasi, tetapi pemberian makna terhadap informasi yang dipelajari dengan kebutuhan hidup dalam konteks yang sesungguhnya. Pembelajar perlu situnjukkan bahwa mempelajari sesuatu perlu dikaitkan dengan pengalaman hidup pembelajar.
4.      Prinsip berpikir kritis dan kreatif
Berpikir kritis dan kreatif ibarat sekeping mata uang logam, memiliki dua wajah yang dapat dibedakan tetapi tidak mungkin dipisahkan. Berpikir kritis memberikan peluang pada munculnya daya imajinasi dan asosiasi terhadap sesuatu yang mungkin dapat terjadi. Berpikir kreatif selalu diawali dengan mengajukan pertanyaan terhadap sesuatu yang sudah mapan, mau memberi peluang dan mempertimbangkan ide baru yang tidak lazim, membangun keterkaitan sesuatu yang berbeda, mencari hubungan sesuatu secara bebas, menerapkan imajinasi dalam setiap situasi, dan mendengarkan intuisi.
5.      Prinsip penilaian secara autentik
Penilain autentik memberikan tantangan kepada pembelajar untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan yang bermakna. Penilaian autentik memberikan peluang kepada pembelajar untuk memperlihatkan kemampuan terbaik mereka sambil memperlihatkan apa yang sduah mereka pelajari.
2.4     Model CTL Bahasa Indonesia
          Desain pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasrkan pendekatan CTL dirancang berdasrkan komponen-komponen pembelajaran pada umumnya. Yang membedakan adalah asumsi-asumsi teoritis yang dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan pembelajaran. Pendekatan kontekstual berasumsi bahwa konteks alami tempat pembelajar belajar merupakan pijakan utama dalam pembelajaran. Desain pembelajaran secara kontekstual tersebut dapat dirancang dengan memperlihatkan komponen pembelajaran sebagai berikut.
1.      Pemilihan materi
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus memilih materi yang tidak jauh dengan lingkungan hidup pembelajar. Materi ini dapat dikembangkan secara tematis, misalnya materi yang bertema “lingkungan hidup” dapat dipakai sebagai pijakan untuk mengajarkan menyimak, membaca, berbicara, maupun menulis. Materi pembelajaran harus dikemas dalam bentuk problem solving (pemecahan masalah) sehingga memungkinkan pembelajar untuk mengemukakan pendapat pribadi secara argumentatif yang didukung dengan data serta argumen-argumen yang lain.
2.      Metode pembelajaran
Metode pembelajar berdasarkan pendekatan CTL harus memberikan peluang kepada pembelajar untuk bekerja sama dengan pembelajar lain agar terjadi tukar-menukar gagasan (berdiskusi) untuk saling beradu argumen sehingga pembelajar terbiasa untuk menerima atau memberi sumbangan pikiran orang lain. Pembelajarn CTL juga perlu mengakomodasi kemungkinan pembelajar untuk sukses bersama sehingga perlu dibiasakan tumbuhnya semnagat belajar tinggi.
3.      Teknik pembelajaran
Pembelajaran dengan CTL dilaksanakan dengan teknik tertentu dengan memanfaatkan konteks alamiah sebagai cara untuk menggali kebenaran. Beberap teknik yang dimaksud dapat berupa:
a)      Membentuk kelompok di antara pembelajar
b)      Berbagi tugas di antara pembelajar
c)      Saling membantu di antara pembelajar
d)     Saling memberi semangat untuk sukses bersama
4.      Strategi pembelajaran
Strategi adalah siasat yang harus dilakukan oleh pembelajar agar tujuan belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Strategi yang dapat dipilih antara lain (1) saling memberi dukungan untuk keberhasilan, (2) saling memberi kritik, saran, dan masukan, (3) masing-masing pembelajar selalu siap menerima kritik, saran, dan masukan sebagai dorongan untuk sukses bersama, (4) setiap pembelajar harus merasakan dan menyadari bahwa andil pembelajar lain harus dihargai sebagai kontributor yang sangat signifikan dalam mencapai suatu keberhasilan.
5.      Media pembelajaran
Desain pembelajaran dengn CTL harus memberikan peuang untuk memilih media yang memungkinkan digunakannya media pembelajaran sesuai dengan konteks dan situasi belajar pembelajar.
6.      Interaksi belajar mengajar
Interaksi belajar mengajar dengn CTL hendaknya memberikan kemungkinan kepada pembelajar untuk mengemukakan pemikiran-pemikiran inkonvensional sehingga pikiran kritis dan kreatif pembelajar dapat terakomodasi dengan baik.
7.      Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar berdasarkan CTL disarankan menggunakan penilaian autentik. Artinya penilaian non-tes, seperti portofolio, proyek, unjuk kerja adalah bentuk penilaian tepat untuk pembelajaran berdasarkan pendekatan CTL.



BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
1)     Pembelajaran bahasa Indonesia dewasa ini memperkenalkan berbagai pendekatan, yaitu (a) pendekatan komunikatif, (b) pendekatan konstruktivisme, dan sekarang diperkenalkan pendekatan lain, yaiatu (c) pendekatan CTL.
2)     Pembelajar berdasarkan pendekatan kontekstual ingin membangun pemikir-pemiki kritis dan kreatif.
3)      CTL ingin membangun pembelajaran yang muatan akademiknya berkaitan dengan konteks kehidupan pembelajar sehari-hari. Konteks kehidupan sehari-hari menjadi sangat penting karena mampu merangsang sel-sel sarat otak untuk membentuk jalan menuju ke pemahaman akademis yang lebih bermakna mengenai suatu konsep berpikir tertentu.
4)       Desain pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasrkan pendekatan CTL dirancang berdasrkan komponen-komponen pembelajaran pada umumnya.
3.2     Saran
1)      Bagi STKIP PGRI Pasuruan, makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan literatur di perpustakaan kampus.
2)      Bagi dosen STKIP PGRI Pasuruan, makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi sebagai bahan pembelajaran untuk mahasiswa.
3)      Bagi mahasiswa STKIP PGRI Pasuruan, makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai pedoman dalam mempelajari bahasa.


DARTAR PUSTAKA
Pranowo. 2015. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NIKMATI PROSES, RAYAKAN PERJALANAN

Terlahir sebagai Gen Z dan sedang memasuki era quarter life crisis merupakan sebuah tantangan dalam hidup. Beberapa ciri anak Gen Z adalah ...