ANALISIS KONTRASTIF (AK) DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA
Dosen Pengampu:
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun oleh:
Devya Erfitri Rahmadhani
(16188201034)
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29
Pasuruan
Tahun Akademik 2017/2018
A. Memahami Analisis Kontrastif
Hambatan
terbesar dalam proses menguasai bahasa kedua (B2) adalah tercampurnya sistem
bahasa pertama (B1) dengan sistem B2. Analisis Kontrastif (AK) mencoba
menjembatani kesulitan tersebut dengan mengontraskan kedua sistem bahasa yang
ada untuk meramalkan kesulitan-kesulitan terjadi.
Manusia
memperoleh bahasa melalui proses yang sangat kompleks. Oleh karena itu,
beberapa ahli mencoba untuk menghubungkan berbagai faktor yang ikut terlibat
dalam proses penguasaan bahasa. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor bentuk
bahasa (berupa bunyi, sistem bunyi dan struktur gramatik yang dipakai sebagai
sarana agar fungsi komunikatif dapat berlangsung) dan faktor sistem bahasa
(berupa unit-unit dan struktur kebahasaan) yang akan mempengaruhi faktor-faktor
psikologi. Faktor-faktor psikologi itu antara lain:
a.
pemerolehan B2,
b.
hakikat belajar (baik menurut pandangan
kaum behavioris maupun kaum kognitivis,
c.
faktor kepribadian, dan
d.
dimensi-dimensi sosiokultural.
Terdapat
keraguan dan kritik terhadap AK yang mucul dari berbagai penjuru, namun bukan
berarti sudah tertutup jalan untuk mencari kemungkinan diterapkannya AK dalam
mengajarkan bahasa kedua. Hal ini masih mungkin karena AK sendiri ternyata
memiliki berbagai versi, baik versi keras (VK), versi lemah (VL), maupun versi
moderat (VM) yang kadarnya berbeda-beda.
B. Linguistik Kontrastif
Linguistik
Kontrastif adalah suatu cabang ilmu bahasa yang tugasnya membandingkan secara
sinkronis dua bahsa sedemikian rupa sehingga kemiripan dan perbedaan kedua
bahasa itu bisa dilihat. AK menjadi semakin populer setelah muncul karya Lado
yang berjudul Linguistics A cross Culture
yang menguraikan secara panjang lebar mengenai cara-cara mengontraskan dua
bahasa. Lado menganjurkan agar pengontarasan itu dilakukan terhadap fonologi,
struktur gramatik, kosakata serta sistem tulisan.
Teknik
pengontrasan dua sistem bahasa seperti itu oleh sementara orang digolongkan
sebagai AK versi keras (strong version).
Kelompok VK selanjutnya menuntut dilibatkannya berbagai teori linguistik dari
para linguis, meskipun pandangan mereka berbeda-beda, dan menuntut agar
kemestaan bahasa dirumuskan dalam teori yang lebih komprehensif dan memberikan
uraian yang memadai tentang sintaksis, semantik, dan fonologi, serta menuntut
agar para linguis membekali diri dengan pengetahuan yang memadai tentang AK.
Selanjutnya
terdapat beberapa tuntutan AK versi lemah (weak
version) yaitu AK cukup menggunakan pengetahuan kebahasaan yang paling baik
yang ada padanya untuk mempertanggungjawabkan kesulitan belaja B2 yang diamati;
pengamatan cukup dilakukan terhadap data yang tampak pada interferensi
kebahasaan untuk menerangkan persamaan dan perbedaan antara kedua sistem bahasa
itu; titik awal pengontrasan cukup diperoleh dari data aktual seperti kesilapan
terjemahan, kesulitan belajar, dan residu aksen asing; referensi dua sistem
bahasa dipergunakan untuk menerangkan interfensi yang diamati; dasar teori dapat
bersifat eklektik yang berisi pandangan Generatif Transformasi, struktural,
serta tata bahasa paradigma; boleh juga hierarki kesulitan didasarkan pada
pengalaman serta intuisi, bukan teori linguistik yang semestinya.
Versi
lain dari VK dan VL adalah VM (versi moderat). Kelompok ini mencoba
merasionalkan AK berasarkan tiga sumber yaitu: pengalaman dalam praktik
mengajar para guru bahasa kedua; studi mengenai bahasa antara, dan teori
belajar bahasa.
AK
pada dasarnya bertujuan:
a.
Memberikan wawasan tentang persamaan dan
perbedaan antara bahasa pertama dengan bahasa kedua yang akan dipelajari,
b.
Menjelaskan dan memperkirakan
masalah-masalah (yang timbul) alam belajar B2, dan
c.
Mengembangkan bahan pelajaran bahasa
kedua untuk pengajaran bahasa.
Daftar Pustaka : Pranowo. 2015. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar