Kamis, 30 November 2017

PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

Dosen Pengampu:
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
  




Disusun oleh:
Devya Erfitri Rahmadhani (16188201034)



STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan
Tahun Akademik 2017/2018





KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia.
            Makalah yang berjudul “Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa” ini saya buat dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak M. Bayu Firmansyah, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah ini selaku pembimbing saya, teman-teman yang telah memberi saya inspirasi, dan semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
            Saya sadar makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca supaya kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi.
            Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk saya khususnya dan bagi para pembaca umumnya.




Pasuruan, 25 November 2017


Penulis






DAFTAR ISI
                                                                                                                 
                                                                                                                 Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3  Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Konsep Kompetensi Komunikatif ……………………………........2
2.2  Pendekatan Komunikatif ………………..……………………........2
2.3  Metode Komunikatif …………………….………………..…….…4
2.4  Silabus Komunikatif ………………………….………………..….5
2.5  Kebaruan PBK ………………………………….………………...6
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan .......................................................................................7
3.2  Saran .................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................8




BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
            Istilah komunikatif dalam Pengajaran Bahasa (PB) mucul pertama kali dalam makalah Willkins (1972) dengan judul Grammatical, Situational and National Syllabus yang disampaikan dalam konferensi Linguistik Terapan di Copenhagen. Sejak itu kepopuleran Pengajaran Bahasa secara Komunikatif (PBK) menyebar ke seluruh dunia dan mampu mnggoyahkan konsep pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh kaum Struktural.
            Muculnya PBK mendapat sambutan hangat ahli PB karena dipandang bahwa : PBK mampu mengubah citra PB yang selalu berorientasi pada kaidah ketatabahasaan yang dikembangkan kaum Struktural yang dianggap telah gagal mengajarkan bahasa sesuai dengan fungsinya; PBK mampu memberikan paradigmashito yang sangat mendasar serta secara radikal memberikan warna baru terhadap proses belajar bahasa; PBK mampu menjawab dua pertanyaan pokok dalam pengajaran bahasa yaitu apakah yang dipelajari, dan bagaimana bahasa harus dipelajari (Das, 1985).
1.2         Rumusan Masalah
1)     Bagaimanakah konsep kompetensi komunikatif itu?
2)     Apakah komunikatif dapat dipandang sebagai pendekatan?
3)     Bagaimanakah metode komunikatif itu?
4)     Bagaimanakah silabus komunikatif itu?
5)     Dimanakah letak kebaruan PBK?
1.3         Tujuan
1)     Mendeskripsikan konsep kompetensi komunikatif.
2)     Mendeskripsikan pendekatan komunikatif.
3)     Mendeskripsikan metode komunikatif.
4)     Mendeskripsikan silabus komunikatif.
5)     Mendeskripsikan kebaruan PBK.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Konsep Kompetensi Komunikatif
            Istilah kompetensi dari Chomsky (1965) diartikan sebagai pengetahuan pembicara atau pendengar terhadap bahasanya (Chomsky, 1965 dalam Canale and Swain, 1980). Dengan kata lain kompetensi adalah apa yang diketahui oleh si pemakai bahasa. Pendapat Chomsky ini kemudian meluas dan merambah ke berbagai arah dan menimbulkan pro-kontra.
            Hymes (1971) menyatakan bahwa pengertian kompetensi yang dimaksudkan oleh Chomsky harus diperluas, sebab kompetensi yang hanya menyangkut pengetahuan pembicara tentang kaidah kegramatikalan suatu bahasa tidak ada artinya jika tidak memperhatikan kaidah penggunaan bahasa (fungsi). Kompetensi menurut Hymes ditafsirkans sebagai pengetahuan si pembicara mengenai kaidah kegramatikalan ditambah dengan apa yang ditindakkan oleh pembicara. Hymes secara tegas menyatakan bahwa yang lebih penting dalam penggunaan bahasa adalah pertimbangan cocok tidaknya (approprietness) penggunaan suatu aturan dengan konteks: sosialnya yaitu konteks sosiokultural. Konteks sosiokultural yang dimaksud oleh Hymes adalah pengetahuan tentang kapan, bagaimana, dan kepada siapa bentuk-bentuk itu layak digunakan.
            Kompetnsi menyangkut pengetahuan dan pemahaman pemakai bahasa terhadap kaidah bahasa dan konteks situasi pemakainya. Dengan demikian pemakai bahasa dalam berkomunikasi tidak akan saling salah menginterpretasikan maksudnya. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai penguasaan sistem dan aturan bahasa yang benar-benar dihayati, yang memungkinkan kita mengenali struktur lahir dan struktur batin untuk dapat membedakan kalimat benar dan kalimat salah dan mengerti kalinat yang belum pernah didengar sebelumnya.
2.2     Pendekatan Komunikatif
            Istilah pendekatan (Approach) memiliki pengertian berbeda-beda. Anthony (1963) menyatakan bahwa pendekatan adalah seperangkat asumsi yang saling berhubungan yang menyangukut hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa. Pendekatan merupakan latar belakang fillosofis mengenai pokok bahasan yang hendak diajarkan. Pendapat Anthony menekankan pada keterkaitan asumsi sifat bahasa dengan pengajaran bahasa dan belajar bahasa serta memisahkan pendekatan dengan metode dan teknik. Pendapat Richards menekankan pada, asumsi teoritis mengenai hakikat bahasa dengan hakikat belajar bahasa serta menderetkan dan menyatukan pendekatan prosedur dan desain sebagai bagian integral dari metode.
            Jika komunikatif dipandang sebagai suatu pendekatan dalam PB, apakah asumsi-asumsi teoritisnya? Jika pendapat Das (1985) dapat diterima sebagai salah satu alternatif asumsi teori komunikatif, ia mengajukan asumsi teoritis yang berhubungan dengan hakikat bahasa dan bagaimana orang mempelajari bahasa. Asumsi tersebut adalah:
a.      Bahasa adalah seperangkat kaidah yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa.
b.      Bahasa adalah kaidah tata bahasa yang menentukan bagaimana kalimat harus disusun dan dapat mewadahi makna.
c.      Pembelajar harus memiliki sejumlah kata agar dapat menyusun berbagai variasi kalimat.
d.     Jika pembelajar telah dapat menguasai kaidah ketatabahasaan, ia akan dapat menggunakan bahasa dalam berbagai kegiatan komunikasi.
e.      Kaidah ketatabahasaan, baik secara sadar maupun ambang sadar dapat dipelajari secara induktif maupun secara deduktif.
f.       Berbagai pengetahuan mengenai kaidah ketatabahasaan baik secara sadar maupun ambang sadar dapat diinternalisasikan sebelum pengetahuan kaidah tersebut digunakan untuk berkomunikasi.
g.      Kaidah ketatabahasaan dipelajari dan diinternalisasikan secara berurutan dalam satu waktu ataupun pada waktu yang berbeda.
            Asumsi teoritis di atas jika diamati seperti terdapat dua versi asumsi yaitu pertama asumsi  yang menekankan komunikasi sebagai tujuan belajar bahasa dan asumsi kedua menekankan komunikasi sebagai produk belajar bahasa. Versi pertama berarti belajar bahasa untuk berkomunikasi, sedangkan versi kedua menekankan belajar bahasa dalam situasi tertentu sambil berkomunikasi.
            Jika komunikasi merupakan tujuan belajar bahasa, pertalian makna dalam kalimat adalah berupa proposisi yang tertuang dalam bentuk kalimat. Dan jika kalimat yang diciptakan oleh pembelajar memakai kaidah ketatabahasaan, proposisi itu disebut proposisi makna. Kalimat-kalimat yang dihasilkan dan digunakan oleh seorang dalam berinteraksi dengan orang lain memiliki jenis arti lain yang disebut illocutionary meaning (makna ilokusi) yang sama dengan proposisi makna. Proposisi makna harus mengandung makna ilokusi sebab jika berbeda akan menimbulkan kesulitan bagi pembelajar bahasa.
            Versi kedua yaitu belajar bahasa dalam berkomunikasi dimaksudkan bahwa seorang belajar bahasa dalam situasi alamiah, bukan di dalam kelas. Dala situasi demikian kaidah ketatabahasaan sadar atau tidak sadar, induktif atau deduktif pasti bersifat alamiah. Kesalahan-kesalahan bahasa yang dilakukan pembelajar adalah hal yang wajar terjadi seperti halnya ketika pembelajar belajar menguasai bahasa pertamanya. Pendekatan komunikatif dalam kaitannya dengan asumsi kedua (yang berhubungan dengan bagaimana bahasa harus dipelajari) apakah belajar bahasa untuk berkomunikasi ataukah belajar bahasa dalam berkomunikasi, kiranya masih merupakan persoalan praktis yang akan dihadapi oleh para perancang silabus, meskipun sudah bukan lagi persoalan pendekatan.
2.3     Metode Komunikatif
            Metode adalah rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara sistematis materi bahasa sehingga tidak ada bagian-bagian yang saling bertentangan karena semua rancangan telah didasarkan pada satu pendektan tertentu (Anthony, 1963). Pendapat ini kemudian dimodifikasi oleh Richards dan Rodgers (1982). Mereka menyatakan bahwa metode adalah butir-butir yang mengandung tiga level yaitu pendekatan, desain, dan prosedur.
            PBK memberikan kontribusi mengenai (a) ways of handing structure covertly instead of overfly, (b) teaching through the target language, (c) the possibility of using authentic samples of language much more effectively, dan (d) a large inventory of ‘communicative’ technique the simulations, games and role-play which formed the initial response to metodology issue, as well as nevers techniques and materials which fester problem solving inferencing abilities; serta menentukan prinsip-prinsip pengaturan interaksi di dalam kelas yanng ditandai dengan bagaimanakah yang terbaik untuk membimbing pembelajar melalui kumpulan data bahasa yang saling bertentangan (Yalden, 1983).
2.4     Silabus Komunikatif
            Pada mulanya rancang bangun silabus selalu bergerak dalam kancah seleksi bahan, pengurutan penyajian bahan beralih pada “penggunaan bahasa” (kompetensi komunikatif) yang lebih bersifat “analitis” daripada pengetahuan tata bahasa (kompetensi gramatikal) yang lebih bersifat “sintetis” (Willkins, 1976).
            Silabus yang bersifat analitis tidak mementingkan analitis sistem bahasa dalam kepingan-kepingan, tetapi lebih mementingkan tujuan seperti apa yang ingin dicapai oleh pembelajar serta tindak bahasa yang bagaimana yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Karena silabus disusun berdasarkan tindak bahasa maka akan terjadi pencampuradukan unsur-unsur tata bahasa sehingga silabus itu tidak terdapay pengurutan butir tata bahasa mana yang mudah untuk didahulukan dan mana yang sukar untuk dikemudiankan. Hal ini membutuhkan keahlian penyederhanaan berbagai fungsi komunikatif.
            Setelah fungsi komunikatif bahasa terdata baik dan telah menentukan pilihan fungsi mana yang akan dimasukkan dalam silabus untuk mencapai tujuan yang diperlukan pembelajar, silabus komunikatif harus mengandung komponen-komponen sebagai berikut :
1.      Terdapat perumusan tujuan secara jelas (purpose).
2.      Terdapat seting yang jelas baik berupa aspek fisik maupun seting sosial (setting).
3.      Terdapat peranan pembelajar (the role of learners).
4.      Tergambar peristiwa komunikatif yang menunjukkan peranan pembelajar (communicative events).
5.      Tergambar fungsi bahasa yang diperlukan pembelajar dengan bahasa itu (language functions).
6.      Terdapat nosi atau apakah yang diperlukan pembelajar untuk dapat mengatakan sesuatu (notions).
7.      Keterampilan merajut wacana bersama (cutting together serta discourse dan rhetorical skills).
8.      Terdapat variasi bahasa yang diperlukan pembelajar (variety).
9.      Isi ketatabahasaan yang diperlukan (grammatical content).
10.  Isi kosakata yang diperlukan (lexical content) (Yalden, 1983).
            Jika silabus komunikatif di dalamnya terkandung adanya penekanan fungsi bahasa serta tergambarnya 10 komponen tersebut, silabus komunikatif lebih condong untuk dikatakan sebagai jabaran pengembangan materi pengajaran.
2.5     Kebaruan PBK
            PBK dikatakan memiliki kebaruan karena dipakainya berbagai teori belajar bahasa, linguistik terapan, metode-metode yang bersifat inovatif fan sebagainya sebagai dasar pijakan pendekatannya. Perhatian oraang terhadap fungsi bahasa, yang sebelumnya agak dikesampingkan, karena keterpukaunnya terhadap kaidah ketatabahasaan merupakan salah satu kebaruan PBK. Lebih-lebih setelah PBK bukan saja mempermasalahkan pendekatan tetapi juga metode, teknik sajian materi, rancang bangun silabus semakin menampakkan ciri kekomprehensifannya.





BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
1)      Kompetnsi menyangkut pengetahuan dan pemahaman pemakai bahasa terhadap kaidah bahasa dan konteks situasi pemakainya.
2)      Terdapat dua versi asumsi dalam pendekatan komunikatif yaitu pertama asumsi yang menekankan komunikasi sebagai tujuan belajar bahasa dan asumsi kedua menekankan komunikasi sebagai produk belajar bahasa.
3)     Metode adalah butir-butir yang mengandung tiga level yaitu pendekatan, desain, dan prosedur.
4)      Rancang bangun silabus selalu bergerak dalam kancah seleksi bahan, pengurutan penyajian bahan beralih pada “penggunaan bahasa” (kompetensi komunikatif) yang lebih bersifat “analitis” daripada pengetahuan tata bahasa (kompetensi gramatikal) yang lebih bersifat “sintetis”
5)      PBK dikatakan memiliki kebaruan karena dipakainya berbagai teori belajar bahasa, linguistik terapan, metode-metode yang bersifat inovatif fan sebagainya sebagai dasar pijakan pendekatannya.
3.3            Saran
1)      Bagi STKIP PGRI Pasuruan, makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan literatur di perpustakaan kampus.
2)      Bagi dosen STKIP PGRI Pasuruan, makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi sebagai bahan pembelajaran untuk mahasiswa.
3)      Bagi mahasiswa STKIP PGRI Pasuruan, makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai pedoman dalam mempelajari bahasa.



DARTAR PUSTAKA

Pranowo. 2015. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NIKMATI PROSES, RAYAKAN PERJALANAN

Terlahir sebagai Gen Z dan sedang memasuki era quarter life crisis merupakan sebuah tantangan dalam hidup. Beberapa ciri anak Gen Z adalah ...