Kamis, 23 Mei 2019


PEMILIHAN, SELEKSI BAHAN, DAN MATERI PEMBELAJARAN


Dosen Pengampu:
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
                                                                         
 


Disusun oleh :
Devya Erfitri Rahmadhani (16188201034)
PBSI 2016 B
         
                            

STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tahun Akademik 2018/2019




PEMILIHAN, SELEKSI BAHAN, DAN MATERI PEMBELAJARAN
            Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan memberikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, baik kawasan belajar kognitif, efektif maupun psikomotor. Baik pengajar maupun dosen perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan merencanakan kegiatan pembelajaran, atau yang sering kita sebut seni memberikan pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran ini dapat memunculkan berbagai macam pula, baik berdasarkan jumlah peserta didik maupun interaksi antar peserta didik dan antar pengajar.
            Pemilihan pola kegiatan pembelajaran perlu dilaksanakan agar tujuan pengajaran baik umum maupun khusus dapat tercapai, baik landasan kognitif, psikomotor maupun afektifnya. Tujuan yang hendak dicapai berupa bentuk-bentuk tingkah laku yang diinginkan peserta didik setelah terjadinya PBM. Bahan pelajaran dapat mengantarkan peserta didik dalam pencapaian tujuan; bagaimana PBM yang dilaksanakan agar pengajar dan peserta didik mencapai tujuan yang efektif, dan bagaimana menciptakan evaluasi yang tepat. Dapat dibayangkan, dengan sebuah perencanaan yang matang KBM dan PBM akan terlaksana dengan baik. Perencanaan, persiapan sebelum mengajar akan memantapkan pengajar ketika tampil di depan kelas, perencanaan yang matang juga dapat menimbulkan banyak inisiatif dan daya kreatif pengajar waktu mengajar, dapat pula meningkatkan interaksi pembelajaran antara pengajar dan peserta didik. Oleh karena itu, sebuah perencanaan seluruh proses pembelajaran harus dikuasai seorang pengajar.
            Mengajar bukanlah tugas yang ringan. Dalam mengajar seorang pengajar berhadapan dengan sekelompok peserta didik yang merupakan makhluk hidup yang memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Setelah mengalami proses pendidikan dan pengajaran, peserta didik diharapkan menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab, berkepribadian, dan bermoral.


Selasa, 07 Mei 2019


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Dosen Pengampu:
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
                                                                         


Disusun oleh :
Devya Erfitri Rahmadhani (16188201034)
PBSI 2016 B
         
                             
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tahun Akademik 2018/2019


Pemilihan strategi pembelajaran memuat dua hal penting, yakni pemilihan strategi belaajr yang harus dilakukan peserta didik dan pemilihan strategi mengajar yang harus dilakukan pengajar. Strategi belajar mengacu pada perilaku dan orises veroikir ang digunakan peserta didik yang mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif. Sedangkan, strategi mengajar berkaitan dengan pendekatan, metode, dan teknik yang dikuasai dan digunakan pengajar dalam pembelajaran.
A.    KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Peserta didik sebagai orang yang belajar merupakan subjek yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Dalam pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, pengajar harus memperhatikan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik itu antara lain sebagai berikut: kematangan mental dan kecakapan intelektual; kondisi fisik dan kecakapan psikomotor; umur; dan jenis kelamin.
B.     KOMPETENSI DASAR YANG DIHARAPKAN
Kompetensi dasar adalah pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu. Strategi pembelajaran harus dipilih sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai peserta didik. Kompetensi tersebut merupakan titik tolak penentuan strategi yang akan digunakan.
C.     BAHAN AJAR
Bahan ajar merupakan seoerangkat informasi yang diserap peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan. Peserta didik harus benar-benr merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya. Secara umum, sifat bahan ajar dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Dengan memperhatikan sifat bahan ajar, pengajar harus cermat memilih strategi yang akan digunakan.
D.    WAKTU YANG TERSEDIA
Sebagaimana diketahui, dalam kurikulum pembelajaran bahasa yang berlaku saat ini, terdapat sehumlah kompetensi dasr yang harus dicapai peserta didik dalam kurun waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu tahun ajaran. Melalui perhitungan waktu dalam satu tahun ajaran berdasarkan waktu-waktu efektif pembelajaran bahasa, rata-rata lima jam pelajara/minggu untuk mencapai dua atau tiga kompetensi dasar. Pencapaian kompetensi tersebut harus dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan strategi yang disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
E.     SARANA/PRASANA BELAJAR
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai tujuan. Yang dimaksud dengan sarana belajar adalah segala sesuatu yang langsung dapat dipakai peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu kompetensi dasar tertentu. Misalnya, buku paket, kamus, ensiklopedia, peta, alat peraga. Sedangkan, prasarana adalah segala sesuatu yang meruapakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Prasarana belajar bahasa, misalnya laboratium bahasa, ruang belajar, kelas yang luas, podium, dan lain-lain.
F.      KEMAMPUAN/KECAPAKAN PENGAJAR MEMILIH DAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa adalah mempersiapkan peserta didik untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah. Agar interaksi dapat bermakna bagi peserta didik dan dapat mencapai kompetensi dasar tertentu, pengajar dituntut untuk lebih memiliki kemampuan atau kecakapan dalam menjalankan profesionalismenya. Di samping memiliki kemampuan penguasaan keilmuan pengajar juga harus memiliki kemampuan dan penguasaan memilih dan menerapkan strategi yang di dalamnya terdapat pendekatan, metode, dan teknik secara baik.




PENGOLAHAN SKOR MENTAH DALAM KEGIATAN ASESMEN PEMBELAJARAN BAHASA

Dosen Pengampu:
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
                                                                         


Disusun oleh :
Devya Erfitri Rahmadhani (16188201034)
PBSI 2016 B
         
                            
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tahun Akademik 2018/2019



Penilaian (dalam arti khusus) pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan “Apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan siswa?” Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Hasil belajar siswa digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru.
ACUAN PENILAIAN
Dilihat dari perencanaan tes dan penafsiran hasil tes, pengukuran dalam bidang pendidikan bisa berdasarkan pada acuan norma atau kriteria/patokan. Kedua ini menggunakan asumsi yang berbeda tentang kemampuan seseorang. Asumsi yang berbeda akan menghasilkan informasi yang berbeda. Penilian Acuan Norma berasumsi bahwa kemampuan orang itu berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi normal. Penilaian Acuan Patokan berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja namun waktunya yang berbeda.
1.      Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan skor hasil tes siswa dengan suatu patokan yang telah ditetapkan, yang akan dijadikan standar kelulusan atau pemberian nilai tertentu. Patokan yang dipakai dalam PAP bersifat tetap, maka standar penilaian ini disebut juga standar mutlak. Penilian Acuan Pokok ini dapat digunakan apabila dasar pemikiran yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan adalah asumsi pendagogik. Dalam mengolah skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan dapat menggunakan empat jenis skala, yaitu PAP Skala Lima; PAP Skala Sembilan; PAP Skala Sepuluh; dan PAP Skala Sebelas.
2.      Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilian Acuan Norma (PAN) adalah suatu norma yang disusun secara relatif berdasarkan distribusi skor yang dicapai oleh para pengikut dalam suatu tes. Dengan demikian, skor standar yang dicapai oleh siswa yang didasarkan norma relatif ini mencerminkan status individu di dalam kelompok. Penilaian dengan acuan ini dapat digunakan apabila pendidik menghadapi kurikulum yang bersifat dinamis, artinya materi pelajaran yang dikembangkan selalu berubah sesuai dengan tuntutan lingkungan dan zaman, sehingga pendidik agak sulit menetapkan kriteria ‘benar’ dan ‘salah’ secara kaku. Pedoman yang dipergunakan untuk mengubah skor mentah menjadi skor standar pada PAN didasarkan pada atas Mean dan Standar Deviasi. Mean dan Standar Deviasi tersebut dicari dengan mempergunakan rumus statistik berdasarkan distribusi mentah yang dicapai oleh para pengikut tes. Penilain dengan menggunakan Acuan Norma dapat dibeda-bedakan menurut jenis skala yang diperguanakan yaitu sebagai berikut: PAN Skala Lima; PAN Skala Sembilan; PAN Skala Sepuluh; dan PAN Skala Sebelas.

Rabu, 01 Mei 2019


TUGAS DAN PERAN PENGAJAR DAN PEMBELAJAR

Dosen Pengampu:
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
                                                                         




Disusun oleh :
Devya Erfitri Rahmadhani (16188201034)
PBSI 2016 B

STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tahun Akademik 2018/2019



TUGAS DAN PERAN PENGAJAR DAN PEMBELAJAR
          Tugas pengajar merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus. Tugas pengajar sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada pembelajar.
          Tugas pengajar di tempat mengajar harus selalu dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para pembelajarnya. Tugas pengajar dalam bidang kemasyarakatan adalah pengajar yang berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila. Tugas pembelajar yang utama adalah belajar, pemimpin bertugas memimpin, dan pengajar mendampingi pembelajar agar mempersiapkan diri mereka menjadi pemimpin berikutnya.
          Untuk menjadi pembelajar yang baik dan agar dapat mencapai suatu tujuan akhir pembelajaran, seorang pembelajar harus melakukan tugas-tugas tertentu, yaitu: (1) membuat jadwal dan melaksanakan jadwal; (2) membaca dan membuat catatan; (3) mengulangi bahan pelajaran; (4) berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas.



ANALISIS BUTIR SOAL DALAM ASESMEN BAHASA

Dosen Pengampu:
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
                                                                         
 


Disusun oleh :
Devya Erfitri Rahmadhani (16188201034)
PBSI 2016 B
       
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tahun Akademik 2018/2019



ANALISIS BUTIR SOAL DALAM ASESMEN BAHASA
          Tujuan analisis butir soal tes adalah untuk mengungkapkan ciri-ciri, mutu butir tes, serta hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan, penyusunan, dan penggunaan tes yang telah baik dan perlu dipertahankan. Dengan dilakukannya analisis butir soal, maka dapat digunakan: (1) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan butir tes; (2) untuk tersedianya informasi tentang spesifikasi butir soal secara lengkap; (3) untuk segera dapat diketahui masalah yang terkandung dalam butir soal; (4) untuk dijadikan alat guna menilai butir soal yang akan disimpan dalam kumpulan soal atau bank soal; (5) untuk memperoleh informasi tentang butir soal sehingga memungkinkan untuk menyusun beberapa pernagkat soal yang paralel.

ANALISIS TINGKAT KESULITAN
          Tingkat kesulitan tes menunjukkan seberapa sukar atau mudahnya butir-butir tes yang telah diselenggarakan. Dengan analisis tingkat kesulitan dapat diungkap secara umum, apakah suatu tes tergolong terlalu mudah, mudah, sedang, sulit, atau terlalu sulit.
            Analisis tingkat keuslitan dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(1)  Mengurutkan skor yang diperoleh peserta tes dari skor tertimggi sampai dengan skor terendah
(2) Menetapkan sebanyak 27,5% dari jumlah peserta tes dengan perolehan skor tinggi (disebut kelompok atas); 27,5% peserta tes dengan skor rendah (disebut kelompok bawah) dan sisanya disebut kelompok tengah. Langkah ini dilakukan jika jumlah peserta tes relatif besar; tetapi jika hanya sedikit, cukup dibedakan atas kelompok atas dan kelompok bawah saja.
(3) Menganalisis jawaban benar atau salah per butir soal per peserta tes. Analisis ini hanya dilakukan terhadap jawaban peserta tes kelompok atas dan kelompok bawah.
(4) Menganalisis tingkat kesulitan butir soal dengan menggunakan rumus.

ANALISIS DAYA PEMBEDA
          Daya pembeda atau yingkat diskriminasi merupakan ciri butir tes yang digunakan untuk menunjukkan adanya perbedaan tingkat kemampuan antara kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan rendah.
          Analisis daya pembeda dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Mengurutkan skor yang diperoleh peserta tes dari skor tertimggi sampai dengan skor terendah
(2) Menetapkan sebanyak 27,5% dari jumlah peserta tes dengan perolehan skor tinggi (disebut kelompok atas); 27,5% peserta tes dengan skor rendah (disebut kelompok bawah) dan sisanya disebut kelompok tengah. Langkah ini dilakukan jika jumlah peserta tes relatif besar; tetapi jika hanya sedikit, cukup dibedakan atas kelompok atas dan kelompok bawah saja.
(3) Menganalisis jawaban benar atau salah per butir soal per peserta tes. Analisis ini hanya dilakukan terhadap jawaban peserta tes kelompok atas dan kelompok bawah.
(4) Menganalisis tingkat kesulitan butir soal dengan menggunakan rumus.


 

ANALISI BUTIR SOAL ESAI
Analisis tingkat kesulitan dan daya pembeda di atas, hanya dapat diterapkan pada jenis soal objektif. Sedangkan untuk jenis soal esai digunakan rumus Noll.
Langkah-langkah untuk menganalisis butir soal esai hampir sama dengan analisis butir soal objektif, yaitu sebagai berikut.
(1) Mengurutkan skor yang diperoleh peserta tes dari skor tertimggi sampai dengan skor terendah
(2) Menetapkan sebanyak 27,5% dari jumlah peserta tes dengan perolehan skor tinggi (disebut kelompok atas); 27,5% peserta tes dengan skor rendah (disebut kelompok bawah) dan sisanya disebut kelompok tengah. Langkah ini dilakukan jika jumlah peserta tes relatif besar; tetapi jika hanya sedikit, cukup dibedakan atas kelompok atas dan kelompok bawah saja.
(3) Menganalisis jawaban benar atau salah per butir soal per peserta tes. Analisis ini hanya dilakukan terhadap jawaban peserta tes kelompok atas dan kelompok bawah.
(4) Menganalisis tingkat kesulitan butir soal dengan menggunakan rumus Noll.

ANALISIS PENGECOH
Analisis butir ini didasari pada suatu pemikiran, bahwa harus ada perbedaan frekuensi jawaban antara siswa kelompok atas dan kelompok bawah. Untuk setiap alternatif betul, kelompok atas harus memilih secara lebih banyak karena besarnya selisih jawaban betul inilah yang akan menentukan besar kecilnya indeks daya pembeda. Sebaliknya, alternatif-alternatif jawaban yang merupakan pengecoh, kelompok rendah harus memilih secara lebih banyak. Oleh karena itu, pengecoh yang baik adalah yang dapat dihindari oleh anak-anak pandai dan terpilih oleh anak-anak yang kurang pandai, jangan sampai terjadi sebaliknya.
Langkah-langkah untuk menganalisis butir soal esai hampir sama dengan analisis butir soal objektif, yaitu sebagai berikut.
(1) Mengurutkan skor yang diperoleh peserta tes dari skor tertimggi sampai dengan skor terendah
(2) Menetapkan sebanyak 27,5% dari jumlah peserta tes dengan perolehan skor tinggi (disebut kelompok atas); 27,5% peserta tes dengan skor rendah (disebut kelompok bawah) dan sisanya disebut kelompok tengah. Langkah ini dilakukan jika jumlah peserta tes relatif besar; tetapi jika hanya sedikit, cukup dibedakan atas kelompok atas dan kelompok bawah saja.
(3) Menganalisis jawaban benar atau salah per butir soal per peserta tes. Analisis ini hanya dilakukan terhadap jawaban peserta tes kelompok atas dan kelompok bawah.
(4) Melakukan analisis pengecoh butir soal, dengan melihat dan membandingkan jumlah jawaban pada pengecoh antara kelompok atas dengan kelompok bawah. Pengecoh yang baik paling tidak harus terpilih oleh setidaknya 2% siswa. Kelompo atas harus memilih lebih banyak pada alternatif jawaban benar. Alternatif-alternatif jawaban yang merupakan pengecoh, kelompok bawah harus memilih lebih banyak daripada kelompok atas.



NIKMATI PROSES, RAYAKAN PERJALANAN

Terlahir sebagai Gen Z dan sedang memasuki era quarter life crisis merupakan sebuah tantangan dalam hidup. Beberapa ciri anak Gen Z adalah ...