PROSES PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA
Dosen Pengampu:
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun oleh :
Devya Erfitri
Rahmadhani (16188201034)
PBSI 2016 B
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tahun
Akademik 2018/2019
Pendidikan merupakan bagian penting
dari kebijaksanaan kebudayaan suatu bangsa. Pendidikan harus dapat dan perlu
memperbaiki kedudkan kebahasaaan dari semua kelompok kebudayaan, yang menembus
batas-batas komunikasi dan dapat menyediakan kesempatan kerja, manfaat-manfaat
bagi kehidupan nasional, hak-hak warganegara dan sebagainya. Di samping itu,
pendidikan harus mengajar masyarakat untuk melihat perbedaan-perbedaan bahasa
dan menyadari kelaziman-kelaziman orang lain serta kebudayaan mereka sendiri.
Dalam belajar bahasa anak-anak lebih
baik daripada orang dewasa dalam semua hal, terutama berkenaan dengan
pencapaian hasil akhir. Anak-anak kelihatan sangat luwes dan mudah dalam
memperoleh bahasa baru, sedangkan orang dewasa mengalami kesulitan dalam
memperoleh tingkat kemahiran bahasa kedua. Waktu yang tepat untuk memulai
belajar bahasa kedua di sekolah umum, sesuai dengan tuntutan psikologi anak
adalah antara umur 4-10 tahun. Untuk belajar bahasa secara alamiah di
lingkungan penutur asli dapat terjadi hanya selama periode kritis untuk
pemerolehan bahasa, yaitu antara umur dua tahun dan masa pubertas.
Unsur lain yang penting dalam proses
belajar bahasa kedua adalah peranan otot-otot alat bicara. Kelenturan otot-otot
ini mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua, terutama dalam kegiatan melafalkan
bunyi bahasa. Seseorang yang berada di atas umur pubertas umunya sulit
memperoleh kemahiran dalam pelafalan seperti penutur asli karena berkurangnya
kelenturan otot alat bicara ini. Ini berbeda dengan anak kecil yang secara
bersamaan waktunya mempelajari dua bahasa sekaligus. Dari segi kognitif, orang
dewasa cenderung lebih sempurna dalam menguasai kaidah eksplisit, yaitu
tatabahasa. Namun dari segi afektif, yaitu sikap d an sifat pribadi yang
mendukung proses belajar bahasa kedua, orang tua cenderung kurang dibandingkan
anak-anak.
Pemerolehan bahasa anak selalu
menjadi awal pembicaraan tentang persoalan pemerolehan bahasa. Perkembangan
pemerolehan bahasa anak menjadi contoh yang baik untuk menganalisis lebih dalam
tentang bagaimana terjadinya transfer bahasa. Perkembangan pemerolehan bahasa
di setiap tempat dan wilayah yang berbeda mengakibatkan kajian ini bergesar
pada substansi perkembangan bahasa dan ragam bahasa yang digunakan.
Pada tahap awal perkembangan kajian
pemerolehan bahasa kedua, isu yang banyak dikaji adalah faktor-faktor internal
pembelajar. Faktor-faktor itu meliputi antara lain umur, bakat, sikap,
motivasi, kepribadian, gaya kognitif, dan strategi belajar. Sikap mempengaruhi
motivasi, dan selanjutnya motivasi mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua.
Sejumlah sifat-sifat pribadi diduga banyak berkaitan dengan kelancaran terhadap
proses pemerolehan bahasa kedua. Sifat-sifat itu antara lain harga diri,
ekstroversi, kecemasan, sensitivitas, empati, inhibisi, dan toleransi terhadap
kesamaran. Gaya kognitif adalah cara-cara yang disukai oleh seseorang dalam
memproses informasi atau melaksanakan suatu tugas. Strategi belajar adalah
faktor internal pembelajar yang belakangan banyak menarik minat peneliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar